12 JAM TRANSIT DI DOHA DAN FREE CITY TOUR (Turkey Journey...2)


Sabtu (Kuala Lumpur-Doha)

Waktu akhirnya mendekati adzan Subuh, di Kuala Lumpur adzan Subuh sekitar jam 05:48, oleh karena lokasi leyeh-leyeh kami berada di KLIA 2, sedangkan Gate tempat Qatar Airways berada di KLIA, maka kami memutuskan pindah dari KLIA 2 ke KLIA menggunakan KLIA Ekspres, yaitu kereta yang menghubungkan antar terminal di bandara hingga ke kota Kuala Lumpur. Kami memilih keberangkatan paling awal yaitu jam 04:55, untuk naik kereta KLIA Ekspres, kami jalan kaki menuju ticket counter sekaligus station di Gateway Level 2. Harga tiket yang kami bayar adalah RM 2, dengan jarak tempuh selama 3 menit saja. Penumpangnya masih seuprit.

Didalam kereta KLIA Ekspres yang masih kosong melompong, hanya ada 3 penumpang termasuk kami.

Beberapa kali transit di KLIA 2, kali ini kami merasakan juga KLIA berkat Qatar Airways. Sesampai di KLIA, tujuan pertama kami adalah sholat Subuh di mushola terdekat dengan imigrasi. Ternyata kami menemukan mushola tepat dilokasi imigrasi. Selesai sholat, lanjut imigrasi dan segera menuju gate. Untuk penerbangan internasional, kami menetapkan waktu minimal 3 jam sudah melewati imigrasi. Kesan KLIA bagi saya, ibarat Ib*s dan Ib*s Style, KLIA suasananya lebih konservatif dibandingkan KLIA 2 yang playful.

Sesampai di Gate, kami menunggu dengan manis, sebelum Qatar Airways mendarat, ada pesawat maskapai ANA (All Nippon Airways) yang baru landing, selalu suka lihat cara berpakaian orang Jepang yang simple yet stylish.

Di Gate, euphoria traveling sudah terasa, walaupun semalaman kami tidur dalam kondisi darurat, tapi tetap saja menyenangkan. Tibalah waktu boarding, dan kami mengantri masuk pesawat dengan penuh suka cita. Sudah kebayang makanan dipesawat pula. Karena pesawat kami transit di Doha, sudah terlihat penumpang yang memakai baju gamis hitam, traveling pakai gamis pastinya sangat nyaman, karena hanya 1 baju terusan, sholat pun mudah tanpa perlu memakai mukena.

 Pesawat Qatar Airways.

Interior pesawat Qatar Airways berwarna dark magenta, warna yang unik sekaligus enak dibuat tidur, fasilitas didalam pesawat pun lengkap, ada USB port, inflight entertainment (berisi film bioskop berbagai genre, dan video clip musical), penutup mata, penutup telinga, sikat gigi, pasta gigi, serta selimut dan bantal yang terbungkus. Sambil menunggu makanan datang, kami nonton film. Kegiatan kami selama dipesawat pastinya makan, tidur dan nonton film.

Menu makan di pesawat, foto diambil dengan blitz, gambarnya jadi agak burem. Menu terdiri dari roti croissant, butter, telur dadar, sosis, kentang, buah segar, yoghurt, orange juice, dan segelas minuman pilih sendiri, kali ini saya memilih kopi susu. 

Sabtu (Hamad Int’l Airport)

Total waktu tempuh dari Kuala Lumpur ke Doha adalah 8 jam, namun karena terdapat perbedaan waktu selama 3 jam lebih lambat, maka dari jam 09:15 kami berangkat, jam 11:55 local time, kami telah mendarat di Doha.

Doha adalah Ibu Kota Negara Qatar, mayoritas wilayah Qatar dikelilingi oleh laut. Qatar terletak ditengah-tengah antara Bahrain dan Uni Emirat Arab, serta Saudi Arabia dan Teluk Persia. Doha memiliki iklim padang pasir, pada bulan Maret iklim di Doha masih tergolong musim dingin, dengan suhu rata-rata 15°C-20°C.

Pada bulan Maret 2017, saat kami transit, sebagai penumpang Qatar Airways, kami mendapatkan fasilitas free Visa, namun mulai tanggal 27 September 2017, bagi warga Negara Indonesia, telah mendapatkan fasilitas free Visa berlaku untuk 30 hari (https://www.qatarairways.com/en/press-releases/2017/Aug/qatar-waives-entry-visa-requirements-for--citizens-of-80-countri.html).

Electronic Qatar Visa atas nama saya.

Terkait Visa, sebetulnya kami tidak memerlukan Visa Qatar, karena walaupun kami keluar bandara dan mengikuti city tour, kami tidak perlu menunjukkan Visa, karena city tour tersebut merupakan fasilitas gratis yang diberikan oleh Qatar Airways, asal kami tidak memisahkan diri dari rombongan, maka kami tidak perlu menunjukkan Visa, namun untuk berjaga-jaga, suami melakukan apply visa Qatar secara online sejak di Indonesia, sehingga bila nantinya kami akan jalan-jalan sendiri pun, sudah siap. Lagipula Visanya gratis karena kami penumpang Qatar Airways.

Pada tahun 2017, Qatar Airways menempati rating nomor 1 pada predikat World’s Best Airline at the SKYTRAX 2017, berikut 10 besar maskapai dengan predikat Top Airlines of 2017 (http://www.airlinequality.com/info/top-100-airlines-2017/) :

The Top 100 Airlines of 2017
  1. Qatar Airways
  2. Singapore Airlines
  3. ANA All Nippon Airways
  4. Emirates
  5. Cathay Pacific
  6. EVA Air
  7. Lufthansa
  8. Etihad Airways
  9. Hainan Airlines
  10. Garuda Indonesia
Bila Qatar Airways peringkat 1, maka bandara Hamad Int’L Airport berada pada peringkat 6 pada predikat World’s Best Airport SKYTRAX at 2017, berikut peringkatnya (http://www.airlinequality.com/review-pages/top-10-airports/):

The World’s Top 100 Airports 2017
  1. Singapore Changi Airport
  2. Tokyo International Airport (Haneda)
  3. Incheon International Airport
  4. Munich Airport
  5. Hong Kong International Airport
  6. Hamad International Airport
  7. Central Japan International Airport
  8. Zurich Airport
  9. London Heathrow Airport
  10. Frankfurt Airport 
Giant Yellow Teddy Bear. Icon utama Hamad Int'l Airport.

Untuk city tour, ada 4 kali keberangkatan Doha City Tour, dan kami memilih Tour ketiga, pada keberangkatan jam 16:00 (https://www.qatarairways.com/en/offers/doha-city-tour.html). Kami daftar dulu di desk yang terletak di area terminal B. Tidak terlihat penumpang lain yang daftar saat itu.

Selesai daftar, karena masih banyak waktu, kami jalan-jalan menyusuri Terminal yang ada di Hamad Airport, kami mampir di foodcourt, beli buah potong, harganya lumayan mahal, sekitar IDR 80.000, buah potongnya ditempatkan di gelas plastik ukuran grande, tapi setelah dimakan, uwaaah ternyata enak, ada semangka, melon, anggur, dan nanas.

Buah potong beli di food court.

Mushola di Hamad Airport bagusss, mushola laki-laki dan wanita terpisah di area yang berbeda, bersih banget dan wangi, tak berlumut tak berkerak. Tempat wudhu sama sekali tidak terlihat dari luar sehingga bebas membuka kerudung pada saat wudhu tanpa was-was. Kran wudhu memakai sensor gerak (eh gerak atau panas yah), wudhunya tidak berdiri melainkan duduk, ciri khas wudhu di kawasan Timur Tengah. Setelah wudhu, sepatu dan kaos kaki disimpan di locker, barulah saya memasuki ruangan sholat. Didalam mushola tersedia mukena, walaupun pengguna mukena rata-rata adalah wanita Asia, namun tetap disediakan. Juga terdapat kursi lipat yang disediakan untuk orang tua. Karpetnya empuk hehehe, jadi pengen tiduran. Tapi dilarang, kalau boleh bisa-bisa semua tidur di mushola.

Tempat wudhu di prayer room.

Sticker sign dipintu prayer room wanita.

Sabtu (Doha Free City Tour)

Selesai jalan-jalan dan sholat Ashar, kami duduk mendekat kearah desk tempat meeting point untuk persiapan city tour. Mendekati jam 16:00 sudah banyak penumpang yang berkumpul, ehhh ternyata ada sepasang orang Indonesia selain kami. Tapi bahkan sampai city tour berakhir, kami tidak kenalan, paling sesekali bertemu mata, udah. Sebelum naik ke bus, kami tukar uang dulu di Money Changer untuk jajan di Souq Waqif. Perjalanan city tour ditempuh menggunakan bus, dengan pemandu wisata mas-mas Bangladesh dengan bahasa Inggris yang lancar. Tujuan pertama adalah ke Dowh Harbour. 

Karena kami mengikuti city tour bersama rombongan, maka kami harus memperhatikan waktu jalan-jalan dan waktu kapan harus kembali ke bus. Tour ini memakan waktu 2 jam 45 menit, cukup singkat untuk 4 destinasi.

Dhow Harbour

Perahu tradisional di Dhow Harbour.

Bus berhenti di taman pinggir laut, dan kami mulai jalan-jalan sore. Suhu di Doha pada bulan Maret sekitar 20°C, dingin plus angin kencang berhembus, berpotensi masuk angin. Banyak perahu bersandar, perahu-perahu itu disebut juga dengan Dhow, yaitu sebutan untuk perahu tradisional yang ada di Qatar. Taman-taman disekitar kami sedang ditanami bunga warna-warni. Kami lanjut foto-foto sebentar sembari duduk-duduk dan jalan-jalan.

Dari tempat kami, terlihat gedung berbentuk unik. Menurut Mas Guide, dibagian paling atas itu adalah bentuk wajah wanita memakai burka. Ya, karena gedung tersebut adalah Museum of Islamic Art. Kami tidak sempat kesana, karena masih ada beberapa destinasi lagi.

Museum of Islamic Art dari kejauhan.

The Pearl

Residential area di The Pearl.

The Pearl adalah pulau hasil reklamasi, yang digunakan sebagai kawasan residensial dan komersial. Nama The Pearl dipilih karena dahulu pulau ini berada di salah satu lokasi penghasil mutiara terbesar. Kalau sebelumnya banyak perahu tradisional bersandar, di The Pearl banyak perahu mewah, ada yacht yang bisa disewa, tetapi jelas kami hanya foto-foto saja. Banyak juga restoran yang sudah pasti diluar budget kami hehehe.

Shopping Area di The Pearl.

Karena kawasan lautnya yang luas, Qatar sempat menjadi penghasil mutiara dengan kualitas terbaik didunia, namun Jepang berkompetisi dengan menjual mutiara dengan harga yang lebih murah. Qatar kemudian berjaya kembali dengan minyak bumi setelah kejayaan mutiara beralih ke Jepang.

Katara Cultural Village

Saat bus memasuki lokasi Katara, terdapat antrian panjang mobil pribadi, bisa dibilang lokasi masuk Katara sedikit macet. Kenapa macet? Ternyata sedang berlangsung Halal Food Festival di Katara. Plus hari ini adalah hari Sabtu, dimana Jumat-Sabtu adalah hari libur di Doha. Karena kemacetan ini, Mas Guide memutuskan untuk skip, dan segera berlanjut ke destinasi selajutnya, huks.

Souq Waqif

Jajaran resto di Souq Waqif. 

Souq adalah pasar dalam bahasa Arab. Yap ini lokasi yang ditunggu-tunggu, karena judulnya pasar, kami membayangkan barang yang dijual lebih affordable. Waktu jalan-jalan yang diberikan di Souq Waqif ini lebih panjang dibanding destinasi lainnya. Lumayan bisa bersantai.

Souq Waqif ini semacam town square, dimana banyak berjajar toko yang menjual baju, perhiasan, benda-benda seni, dan makanan. Banyak Qatari (orang Qatar) menikmati malam hari disini. Tersedia pula prayer room untuk menunaikan sholat maghrib. Banyak gerobak cemilan berjajar, tapi kami malah memilih beli jagung rebus ditambah butter, padahal di Indo juga ada. Kepincut es krim tapi udara sedang dingin sepoi-sepoi, jadi urung membeli.

Salah satu resto besar di Souq Waqif.

Walaupun pasar, tapi tempat ini jauh dari image pasar, tempatnya bersih, jalanannya tiada sampah berserakan, dan kering. Toko-toko pun berjajar rapi memajang barang dagangannya. Selain itu, mas-mas penjual seringkali menyapa dengan bahasa Indonesia, ternyata orang Indonesia mudah dikenali. Suami tertarik membeli kaos anak-anak bertuliskan Qatar, berwarna ungu, warna bendera nasional Qatar. Kaos anak-anak dibeli untuk para keponakan.

Indoor shopping area. Disini kami membeli kaos untuk keponakan.

Di halaman Souq Waqif, kami melihat bangunan unik, namanya Qatar Islamic Cultural Center and Mosque. Tapi kami hanya foto saja dari jauh. Bagian atas bangunan berbentuk spiral dengan lampu yang berpendar.

Qatar Islamic Cultural Center and Mosque.

Hamad Int’l Airport

Area Keberangkatan, setelah pintu masuk bandara.

Tibalah saatnya kami kembali ke bandara, waktu mendekati Isya, kami sholat maghrib dulu di mushola karena belum sholat di Souq Waqif, khawatir ditunggu oleh penumpang lain. Waktu kami masih banyak tersisa, sehingga kami memilih untuk mencicipi makan malam di Food Court. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, makanan di food court termasuk pricey. Jadi kami memilih  makanan yang sederhana saja. Saya lupa foto makananya, waktu itu suami beli nasi goreng, dan saya pilih semacam mie rebus, karena perut agak masuk angin.

Waktu transit kami termasuk panjang, sampai agak khawatir bagasinya gimana ya, hehe. Transit terlama kami ini memakan waktu 12 jam. Sengaja dipilih karena kami berencana ikut free city tour. Dimana ketentuan ikut city tour adalah minimal transit selama 5 jam.

Setelah makan malam, kami hanya duduk-duduk sambil ngantuk karena kekenyangan. Dingiiin terasa didalam bandara, pas kebangun dari tidur, kedinginan melanda, mungkin karena efek masuk angin plus belum tidur dengan benar selama 2 hari. Untuk mendekat kearah gate, kami memutuskan pidah duduk di dekat gate saja.

Tibalah saatnya kami boarding, perjalanan selanjutnya dari Doha ke Istanbul memakan waktu 5 jam. Enggak sabar rasanya, Istanbuuuul !!!


Lanjuuuttt --- Naik Balon Udara di Cappadocia --- 

Photo credit : captured by Rosihan Arief with Sony Alpha 5000

Comments