ISTANBUL DI ANTARA DUA BENUA (TURKEY JOURNEY...4-2)

Hari Rabu, 8 Maret 2017, adalah hari kedua kami jalan-jalan di Istanbul. Seperti biasa, kami memulai hari sejak pagi, sehingga bisa menikmati kota dengan maksimal. Energi pun telah terisi penuh, karena malam hari kami gunakan untuk beristirahat.

Rabu - Gulhane Park, Teluk Golden Horn


Gulhane Park

Sebelum masuk taman, terdapat pemeriksaan oleh penjaga taman, Alhamdulillah kami bisa masuk hehe. Taman tertua di Istanbul ini, merupakan taman terluar dari Topkapi Palace, dan baru dibuka untuk umum pada tahun 1912. Arti dari Gulhane Park adalah rumah mawar dalam bahasa Turki atau rumah bunga dalam bahasa Persia. Pada musim semi, taman ini akan dipenuhi oleh bunga yang bermekaran, kebetulan kami berkunjung pada bulan Maret, sebulan sebelum musim semi, jadi bunganya masih belum ada. 

Pagi-pagi jalan kaki menyusuri Gulhane Park, suasananya masih sepi dan tenang. Hanya ada beberapa orang yang berjalan. Kami menyusuri sepanjang jalan utama, sambil sesekali duduk menikmati udara pagi. Gulhane Park sangat luas, di ujung taman, sudah terlihat Teluk Golden Horn. Kami berjalan kira-kira 2,6 Km, sejak menyusuri Gulhane Park, menyeberang jembatan di Teluk Golden Horn hingga sampai ke Galata Kulesi. Saat menyeberang, banyak Bapak-Bapak memancing di sepanjang jembatan, dengan membawa seperangkat alat pancing beserta ember untuk tempat ikan.

Bapak-bapak memancing di Galata Bridge

Rabu - Galata Kulesi


Menara Galata

Sesampai di Galata Kulesi (Galata Tower), banyak anjing besar leyeh-leyeh di jalanan, agak merinding untuk mendekat dan berfoto, padahal mungkin anjing-anjing itu sudah jinak juga sebetulnya. Menara ini tingginya 66,9 m, merupaan bangunan tertinggi pada masanya di tahun 1348 M. Tujuan dibangun menara ini untuk digunakan sebagai pengawasan kota, namun pada masa Kesultanan Utsmaniyyah, di tahun 1717, menara ini berfungsi untuk melihat sumber api bila terjadi kebakaran di kota.

Kami tidak menaiki menara ini, hanya menikmati suasana di sekitar menara, keliling sebentar lalu lanjut ke lokasi selanjutnya.

Rabu - Galata Mevlevi Museum

Dibangun pada tahun 1491, merupakan rumah Mawlawi (Ulama) pertama di Istanbul. Setelah itu digunakan sebagai rumah untuk asrama para Dervishes (Darwis) atau para penganut Sufi pada tahun 1925, kemudian beralih fungsi menjadi museum pada tahun 1975. Sayangnya, di dalam Museum tidak diperolehkan berfoto, sehingga kami fokus menikmati, dan ternyata kunjungan kami bersamaan dengan rombongan anak-anak sekolah, hehehe.

Kami masuk ke museum ini dengan gratis, karena termasuk dalam coverage kartu Istanbul Museum Pass/Muze Kart (detail kartu ini terdapat pada postingan sebelumnya). Di dalam museum, banyak benda-benda bersejarah terutama berkaitan dengan Sufi. Di lantai 1 terdapat pakaian para sufi, termasuk topi yang digunakan pada saat melakukan tarian sema (tarian Sufi berputar-putar). Di lantai 2 terdapat area bundar, tempat tarian sema dilakukan.

Rabu - Istiklal Caddesi


Jalan Istiklal

Puas melihat-lihat museum, kami lanjut berjalan menuju Istiklal Caddesi (Jalan Istiklal atau Jalan Kemerdekaan). Karena masih pagi, banyak pertokoan yang baru buka. Jalan Istiklal merupakan jalan paling terkenal di Istanbul, jalan ini terbentang sepanjang 1,4 Km. Di sepanjang jalan terdapat berbagai butik, kafe dan resto. Seharusnya di jalan ini terdapat trem kuno yang melintas, tapi sepertinya masih ada perbaikan jalan, sehingga kami tidak melihat trem itu, huks.

Beberapa merk terkenal juga membuka tokonya di jalan ini, kami sempat memasuki salah satu toko sneaker, melihat-lihat sebentar, lalu lanjut ke Taksim Square.

Rabu - Taksim Square


Monumen Republik

Berlokasi di Istanbul bagian Eropa, merupakan tempat dimana Monumen Republik berada. Lokasinya berdekatan dengan stasiun sentral dari jaringan metro Istanbul, dan merupakan representasi sisi modern dari Istanbul. Monumen Republik yang dibangun pada tahun 1928 adalah sebagai peringatan berdirinya 5 tahun Republik Turki sejak tahun 1923.

Taksim Square juga tempat rujukan utama untuk demontrasi, parade dan festival, hingga yang paling ekstrim adalah suicide bombing pernah terjadi di sini. Banyak polisi berjaga di sini. Kami sempat bertanya ke Pak Polisi ramah yang menunjukkan jalan menuju stasiun funicular ke Kabatas. Funicular adalah salah satu metro yang menggunakan teknologi kabel dan lengkungan sebagai penggeraknya. Jarak yang ditempuh dari Taksim ke Kabatas sangat dekat yaitu 594 m dalam waktu hanya 2,5 menit.

Rabu - Bosphorus Cruise 


Dolmabahce Palace terlihat dari ferry

Selat Bosphorus sepanjang 30 Km ini adalah selat yang memisahkan Istanbul sisi Eropa dan sisi Asia, serta menghubungkan antara Laut Marmara dan Laut Hitam. Selat ini adalah waterfront dari beberapa istana kuno di Istanbul.

Kami lanjut berjalan menuju dermaga tempat ferry Bosphorus Cruise bersandar. Ya, kami akan menyusuri selat Bosphorus dengan menggunakan ferry. Terdapat beberapa operator ferry, dan kami memilih Turyol. Tidak hanya menyusuri selat saja, namun ferry ini akan bersandar ke beberapa dermaga yang terdekat dengan lokasi wisata di sepanjang selat Bosphorus, untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Tour berlangsung selama 1,5 jam (bila tanpa turun dan naik ferry) seharga TL 12, berangkat dan kembali di dermaga yang sama. Ada 10 tujuan wisata yang bisa kita nikmati dengan ferry ini.

Rute Bosphorus Cruise dengan Turyol

Pemberhentian pertama ferry adalah dermaga terdekat dengan Dolmabahce Palace. Karena istana ini adalah istana yang paling ingin saya kunjungi, maka kami turun di dermaga ini, untuk berjalan ke Dolmabahce Palace.

Setelah menaiki ferry, sepertinya lebih baik fokus ke perjalanan ferry, karena waktu yang dibutuhkan untuk berjalan dan melihat-lihat ke tujuan wisata lumayan lama, terlebih masih perlu berjalan kaki lagi setelah turun ferry. Dari dermaga ke Dolmabahce Palace saja kami sudah menghabiskan waktu 20 menit, lumayan jauh hahaha. Memang sih akan sangat tergoda untuk turun ferry karena tujuan wisata yang sangat menarik, baik di Istanbul sisi Eropa dan Asia, diantaranya Dolmabahce Palace, Ciragan Palace, Masjid Ortakoy, Rumeli Hisari, Anadolu Hisari dan Beylerbeyi Palace. Bagi saya, istana kerajaan sangat menarik untuk dikunjungi. Plus hanya dengan TL 12, tidak perlu lagi bingung mencari rute lagi dengan metro. Mungkin bila lebih pagi, kami akan maksimal menyusuri selt Bosphorus beserta tempat wisatanya. Jadi baiknya, sediakan waktu seharian untuk atraksi ini, namun bila tidak memungkinkan maka fokus ke  Bosphorus cruise saja, pilih salah satu hehe.

Rabu - Dolmabahce Palace


Salah satu gerbang Dolmabahce Palace

Istana Dolmabahce menjadi tempat tinggal Sultan sejak tahun 1856, di bangun pada masa Sultan Abdul Mecid I. Pada awalnya, keluarga Sultan tinggal di Topkapi Palace, namun karena ingin lebih megah, maka dibangunlah Istana baru. Selanjutnya setelah Turki menjadi republik, Istana ini digunakan sebagai tempat tinggal Presiden Mustafa Kemal Ataturk hingga wafat.

Dolmabahce sangat luas dan megah, ditambah dengan lokasinya tepat di tepi selat Bosphorus, menambah kesan eksklusif Istana ini. Sebelum masuk ke area Istana, terdapat masjid Dolmabahce, dengan satu kubah dan dua minaret. Tiket masuk ke istana ini tidak termasuk dalam kartu Museum Pass. Terdapat harga tiket masuk yang berbeda-beda untuk tiap bagian istana. Karena lumayan mahal bila memasuki seluruh bagian istana, disamping tour Bosphorus kami pun baru dimulai, maka kami memilih untuk hanya membeli tiket ke bagian Harem atau bangunan tempat tinggal Sultan dan keluarga seharga TL 20/orang.

Namun sayang sekali, pengunjung dilarang berfoto di dalam bangunan Harem. Positifnya, jadi fokus menikmati tiap ruangan dalam Harem. Pengunjung dibagi menjadi beberapa shift, dan terdapat petugas tour guide pada tiap shift. Ruang pertama yang kami masuki adalah ruang pertemuan keluarga ketika menerima tamu dekat, ruang berkumpul keluarga, kamar Sultan, Ibu Sultan hingga anak-anak Sultan, ruang pemandian, kamar bersalin, dan juga ruangan tempat tidur Presiden Mustafa Kemal Ataturk. Interior ruangan dipenuhi dengan keramik berwarna-warni, karpet tebal khas Turki, chandelier mewah, mozaik dan tirai-tirai. Baguuus banget sampai terkagum-kagum sambil menganga. Di tiap ruangan, mbak tour guide bercerita tentang kegunaannya, dan siapa yang menempati. Saya jadi membayangkan  jaman dulu, tinggal di Harem yang mewah ini hihihi.
Puas menyusuri Harem dan taman-taman di Dolmabahce, kami keluar kompleks istana menuju ke masjid untuk sholat Duhur. Masjid Dolmabahce ini mulai digunakan sebagai masjid sejak tahun 1855, dibangun atas perintah Ibu Sultan Abdul Mecid.

Masjid Dolmabahce 

Rabu - Bosphorus Cruise



Masjid Ortakoy terlihat dari ferry

Kembali ke ferry, kami memutuskan untuk tidak berhenti lagi, dan fokus menikmati pemandangan selat Bosphorus saja. Di dalam ferry, tersedia mini cafe, dimana Bapak penjualnya rajin mendatangi penumpang untuk menawarkan minuman, teh dan orange juice setiap beberapa menit sekali. Ada juga mas tukang foto, dengan modal kamera DSLR. Kami pun tak luput dari jepretannya, tapi maaf mas kita juga bawa kamera huks.

Di kanan kiri terlihat bangunan-bangunan kuno berpadu dengan cafe modern dan juga pemukiman berbukit. Tergoda untuk turun sih sebetulnya, hmmm. Oh iya selain ferry, ada juga tour Bosphorus secara private dengan menggunakan yacht, tapi budget traveler seperti kami pasti memilih ferry hehe. Selat Bosphorus bagi saya sangatlah eksotik, kesan ini terasa dari namanya, dan dari letaknya yang memisahkan 2 benua dalam satu kota. Setelah ferry kembali ke dermaga awal pada waktu sore menjelang maghrib, kami pulang ke hotel dengan suka cita untuk melanjutkan jalan-jalan esok hari ke tujuan selanjutnyaaaa!

Lanjut di Turkey Journey...4-3 untuk hari selanjutnya yaaaa...!

Photo credit : captured by Rosihan Arief with Sony Alpha 5000

Comments

  1. hallo mba, boleh minta ittinerarymya kah? aku rencana ke turkey april ...

    ReplyDelete
  2. hai mba, maaf baru reply, masih butuh kah itinnya? mengingat ada travel restriction..hope your journey will be safe

    ReplyDelete

Post a Comment