MAIN KE TEMPAT SKI (China Journey...2)


Pintu gerbang ski resort.
Hari kedua di Beijing telah tiba. Dengan adanya keterbatasan koneksi internet, dan penghematan baterai smartphone, kami harus memiliki strategi untuk menjalani hari kedua dengan lebih baik berdasar dari pengalaman hari pertama. Yakk!

Seperti biasa, pagi hari kami telah bersiap untuk menjelajah, lagi-lagi untuk menghemat baterai, kami capture beberapa jalur perjalanan yang harus ditempuh dari stasiun terdekat menuju ke tempat ski. Perjalanan kali ini menempuh waktu sekitar 1 jam kearah utara, 2 kali berganti kereta, dan 1 kali oper bus kota dari Changping. Kali ini dengan penuh percaya diri karena petunjuk arah sudah lengkap ada di smartphone. Sesampai di halte yang kami maksud, hanya butuh sekitar 5 menit saja, lalu bus datang. Pengemudi bus bertanya untuk memastikan tujuan kami, dengan mengepalkan kedua tangan seolah-olah menggenggam gagang ski. Lalu kami mengangguk, dan kami masuk ke dalam bus dengan menge-tap kartu terlebih dahulu.

Saat bus sampai di halte tujuan kami, dengan percaya diri kami beranjak dan turun bus, tetapi Si Pengemudi memanggil kami, dan menunjuk-nunjuk jarinya ke mesin reader kartu, karena kami kebingungan, akhirnya langsung kami tap kartu lagi. Belakangan kami baru sadar "kenapa disuruh nge-tap lagi ya", kami berpikir "jangan-jangan dikerjain", mengingat penumpang lain tidak ada yang nge-tap kartu lagi saat mereka turun bus. Ahh entahlah.

Lingkungan sekitar Snow World Ski Resort terlihat sepi, jalanan pun lengang, agak serem juga sih sebetulnya, seperti di tempat antah berantah hahaa. Memasuki kawasan resort, parkiran mobil pun hanya beberapa. Mungkin karena hari ini bukan hari libur.

Beijing Snow World Ski Resort

Area ski.
Terdapat beberapa resort ski di sekitar Beijing, namun Snow World Ski Resort ini adalah yang terdekat dari kota Beijing, hanya berjarak 40 Km dari pusat kota, yang ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. Selain Ski Resort, banyak tempat wisata lain yang berdekatan, diantaranya yaitu Ming Tomb (kompleks makam para Kaisar Dinasti Ming) dan juga Badaling Great Walls serta Juyongguan Great Walls, kalau masih banyak waktu dan energi tersisa, bisa sekalian ke tempat tersebut.

Terdapat beberapa wahana di Snow World Ski Resort yang mungkin juga pada Ski Resort lain, pastinya yang utama adalah ski, kemudian seluncuran salju dan taman salju. Karena saya kedinginan dan angin masih juga terasa seperti menusuk-nusuk wajah, ditambah biaya yang mahal pada permainan ski dan perangkatnya (hahaaa), maka kami memilih bermain seluncuran salju dengan ban, berikut daftar tarifnya :

ItemsRatesNotes
Entrance FeeRMB30
SkisRMB180/HourIncluding ski boots,skis and drag lifts
RMB360/2Hours
RMB680/4Hours
RMB1360元/Day
Snow ParkRMB20/pp
Snow TubeRMB20/one
ClosetRMB20/one
Ski ClothRMB30/one
ParkingFree
Sumber : https://goo.gl/yCRQTz (Tarif dapat berubah sewaktu-waktu).

Tiket Sled
Untuk bermain sled (seluncuran salju), kami membayar RMB 20/orang, dan kami membeli tiket untuk 2 orang. Yang pertama kali bermain seluncuran ban adalah suami, tugas saya merekamnya dengan video kamera, namun hasilnya agak gempa lokal, karena tangan saya tremor hahaha.

Area seluncur ban.
Sebelum meluncur dengan ban, ban dibawa naik tangga ke tempat perosotan dahulu dengan menariknya menggunakan tali pada ban. Sesampai diatas, suami menuruti saran Pak penjaga dengan duduk diatas ban membelakangi jalur perosotan, lalu ditendanglah ban oleh Pak penjaga, dan ban meluncur dengan manis kebawah.

Entah mengapa saya agak cemen dengan udara dingin beserta saljunya yang sudah mengeras ini, sehingga tiket milik saya, saya ikhlaskan ke suami saja untuk menikmati seluncuran sekali lagi. Kali ini saya merekamnya dari atas, hitung-hitung untuk membayar hutang karena tidak merekamnya pada saat naik sepeda es hari kemarin hehehe.

Taman bermain anak.
Puas bermain seluncuran, kami berkeliling sambil berfoto, terlihat rombongan anak sekolah beserta guru mereka sedang bersiap bermain ski. Selesai berkeliling, kami berjalan keluar resort menuju seberang jalan untuk menunggu bus lewat.

Suasana sekitar resort memang betul-betul sepi, kendaraan yang lewat pun hanya beberapa. Kebanyakan penduduk sekitar yang berusia senja naik motor roda tiga, membawa barang bawaan. Terbayang angin dingin menusuk wajah mereka saat berkendara dengan suhu minus. Kali ini kami agak lama menunggu bus lewat, sekitar 15 menit. Yang bikin merinding adalah saat angin berhembus kencang, membuat bunyi daun semak-semak yang beradu dan juga atap rumah sekitar yang berkelontengan. Terkadang suara gonggongan anjing pun terdengar, tapi syukurlah anjingnya tidak terlihat (lho..?). Iya karena kalau terlihat, kami lari terbirit-birit takut digigit.

Kami bersyukur bus akhirnya datang juga. Jalan yang ditempuh bus kali ini berbeda dengan jalur keberangkatan, bus memasuki kawasan pemukiman, sehingga penumpang bus makin banyak. Pemberhentian kami adalah Stasiun kereta Changping Xishankou, stasiun kecil di pinggiran kota yang sepi. Selanjutnya tujuan kami adalah ke Wang Fu Jing.

Stasiun Changping Xishankou.
Wang Fu Jing

Street food.
Adalah nama jalan pusat belanja terpopuler di Beijing, kalau tadi kami bersepi-sepi ria, kali ini kami bertemu sesama pelancong dari seluruh dunia. Mulai banyak toko souvenir terlihat dan mall bertebaran. Karena kelaparan, kami mencari resto halal terdekat, dan ketemu satu resto Muslim besar di seberang gang food market, resto hotpot itu bernama Dong Lai Shun. Sebetulnya di food market pun ada banyak stall penjual makanan halal, tetapi karena tidak ada meja dan kursi untuk makan, jadi kami memilih makan di resto saja.

Resto hotpot halal.
Belajar dari pengalaman hotpot hari kemarin, kali ini saya agak "pintar" memilih menu. Saya tidak memesan bumbu kuah, karena toh daging yang sudah direbus akan dicelup juga ke bumbu celupan. Saya memesan daging kambing dan sayuran, salah satunya sayur umbi lotus. Ini di China tapi saya masih juga terinspirasi dengan shabu-shabu Jepang. Bumbu celup saya pilih dari saus wijen, yang kalau di resto shabu disebut goma tare, lalu sayur lotus terinspirasi dari sayuran tendon, hihihi.

Walaupun ini resto Muslim, namun tidak tersedia prayer room. Sebetulnya Mas waiter sempat mencarikan tempat untuk sholat sih, sambil saya buntutin. Tapi akhirnya dia menyerah, dia bilang "Maaf ga ada tempatnya". Entah maksudnya ruangan sedang dipakai atau memang tidak disediakan tempat.

Setelah kenyang, dan hari beranjak sore, kami kembali ke hotel dengan perut terisi, Alhamdulillah.

Wang Fu Jing square.

Comments